Epilogue: A Day of Decision

syahrulutama.wordpress.com, Sambil menunggu Mati yang tak datang-datang. Kutulis kalam bisu. Dari tumpukan Angkara Murka. Juga segudang dasa-dasa. Bersama syaitan dan hantu-hantu. Sebab Kamu seperti bidadari. Terus menghantuiku. Petang dan pagi. Suratmu lucu sekali: 20180907_023703betapa setianya Sore pada Malam walau mereka tak pernah jumpa dan Bercinta. Kau ketik itu tanpa tahu bahwa ke manapun tubuhku pergi dan hampir Mati: Kau terus membayangiku.

Tentu saja banyak salahku. Salah satunya membiarkan Kamu dalam deru campur debu. Juga Menestapa dalam kesetiaan kungkungan Zaman dan agama kuno. Kadang juga kau bermain dengan Hatiku. Salahku yang lain adalah Aku tak Bisa memusnahkan kau dari pikiranku: dari laku hidupku walau kau sering menceraikanku.

Sudah berkali-kali seingatku. Kini. Dan kini. Di dalam keramaian aku masih merasa Sepi. Sendiri memikirkan kamu. Sebab aku tahu. Kau genggam hatiku. Kau hancurkan Mimpi-mimpiku. Saat aku bercinta dengan Waktu dan zaman Edan serta Peradaban batu. Saat aku Muntah menunggu Janji yang tak sudi datang walau ditunggu-tunggu.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.